Surat Terbuka
Di mana-mana sedang dicari dan diburu orang-orang yang dapat menjadi contoh atau teladan! Orang pandai memang semakin banyak. Pemimpin juga tidak kurang, termasuk pemimpin umat beragama. Sayangnya ketika rakyat mencari tokoh yang dapat dijadikan teladan atau tuntunan, amat sangat langka. Alih-alih tuntunan yang ada justru tontonan. Sialnya tontonannya tidak lucu!
Berapa banyak anggota DPR yang dipenjara. Menyusul tokoh partai, termasuk yang gembar-gembor anti korupsi! Malah hakim ketua Mahkamah Konstitusi, menjadi terdakwa juga dan ditahan. Coba kita kritisi berbagai tindak kekerasan. Selagi banyak tempat ditutup – bukan hanya tempat maksiat dan hiburan malam, bahkan rumah peribadatan – dirusak, diratakan dengan tanah atau dibakar; ada kejutan lainnya yang sangat menyedihkan hati banyak orang. Terbukti ketika darah ditumpahkan dan kebencian diumbar secara terbuka dan telanjang, tidak sedikit kaum beragama yang terlibat langsung yang menjadi motornya. Ketika anak-anak di bawah umur dicabuli dan diperkosa, kok ya ada tokoh beragama yang melakukannya. Ada apa?
Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga sering terjadi! Tidak sedikit rumah tangga terhormat retak, dan berantakan. Yang begitu handalnya bersandiwarapun akhirnya perselingkuhannya terkuak juga. Kalau mau jujur, semakin bertambah juga keluarga Kristiani yang bercerai. Ada anak-anak pendeta yang juga begitu memalukan orang tua mereka. Gereja-gereja besar dan terkenal, loh pecah! Seakan belum cukup malah ada juga yang membawa permasalahannya ke meja hijau.Dan…hakim serta jaksanya orang yang tidak seiman! Daftarnya bisa diperpanjang.
Ketika semakin banyak tokoh yang begitu berusaha keras dengan menghamburkan banyak dana demi pencintraan; masing-masing mengklaim pihaknya yang terbaik dari yang baik. Ketika untuk menaiki jenjang karier dibutuhkan berbagai macam tanda jasa dan surat rekomendasi atau surat apresiasi atau surat pujian dengan kop surat dan tanda tangan nama pesohor, ada yang sangat berbeda.
‘[A]dakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu?’ (2 Korintus 3:1). Apakah ungkapan tadi merupakan arogansi dari Paulus dan rekan-rekannya? Atau bukti telak bahwa dari buahnyalah pohon itu dikenal? Apa rahasia Paulus dan rekan-rekannya? Adakah kiat yang dapat dipelajari? Jelas ada! Tidak perlu jauh-jauh ditemukan jawabnya! ‘[K]amu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yakni dalam hati manusia.’ (ayat 2,3).
Wow! Ternyata lagi bahwa buah (apapun jenisnya) jatuhnya tidak jauh dari pohonnya bukan? Saya tidak pernah lupa ketika ibu saya menjadi begitu terusik ketika dia melihat ada anak (teman bermain saya di SD) mempunyai kelakuan yang kasar, tidak sopan, culas. “Anak siapa sih temanmu itu?”
Bagaimana pun juga, kebenaran yang berikut juga tidak mudah disangkal! ‘[J]anganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.’ (1 Korintus 15:33). Walau tidak mutlak tetapi lingkungan kita dan dengan siapa kita bergaul akan memengaruhi kita! (cf.Mazmur 1). Saya juga ingat slogan yang ditayangkan di TVRI sedini awal tahun 70-an ketika hanya ada satu stasiun pemancar? Belum berwarna lagi! “Sopan di rumah, sopan di sekolah, pasti sopan di jalan juga!” Upaya mendongkrak pencitraan sesungguhnya lebih mubazir dari pada berhasil! Apa yang kita sebut sebagai kebiasaan itu penting. Ya, anda benar. HABIT! Kita dapat belajar dari analisis yang berikut. Maaf, saya terpaksa memakai bahasa asing agar menjadi lebih jelas!
The only way to get rid of a bad habit is to stop it at ONCE. If you try tapering off, this is the result. You drop the “H”, and you still have A BIT. You think you are getting over it by dropping a little bit, so you go on and drop “A” but you still are BIT . That is to say that you are not getting on at all. You are deceiving yourself. You are just where you were. You are still bit by the evil thing. But you go on and drop the “B” and you stll have IT. And “it” is the sting of habit. “It” has been the trouble all along. You are where you started. Drop “I” and you have T. Which stands for temptation. And temptation is a longer word to get rid of than habit. So…
Sebagai kesimpulan, kita dikejutkan ketika Paulus sendiri akhirnya mengaku, ‘[D]emikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri, tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allh. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.’ (2 Korintus 3:4-6).
Pernahkah anda mencermati bahwa ketika kita ingin menggarisbawahi hal-hal yang rohani(ah), justru yang kasat matalah, yang sangat dituntut. Dunia berhak melihat yang tampak, bukan yang di awang-awang. Orang yang rohani justru tidak pandai menghafail doktrin yang muluk-muluk. Semakin dia berusaha untuk menjadi seperti Kristus seringkali dia menjadi “frustrasi”. Dia menjadi seperti persegi dengan sudut-sudut yang runcing. Justru orang-orang yang terdekat dengannyalah yang sering terlukai hati dan perasaannya. Apakah kita menyakiti hati pasangan kita? Orang tua kita? Anak-anak kita? Rekan-rekan sepelayanan kita? Kedekatan kita dengan mereka akan menelanjangi siapa kita yang sesungguhnya! Dengan orang asing yang jauh kita seperti malaikat!
Pernahkah anda bertanya mengapa ada warga jemaat yang lebih tertarik dengan pembicara tamu sedangkan kurang senang dengan gembala sidangnya sendiri? Padahal Yohanes 10 bicara lain. Suara orang asing tidak didengarnya, malah dijauhi. Sedangkan “kawanan dombanya sendiri akan mendengar suaranya!”. Orang asing memang bisa bersandiwara, Pembicara tamu bisa (hanya) menghafalkan khotbah 10 buah. Makin sering dikhotbahkan makin dia kuasai di laur kepala. Khotbahnya hanya keliling dari satu gereja ke gereja lain. Pendengarnya tidak mengenal siapa dia sesungguhnya sebagai suami, sebagai ayah, sebagai tetangga, sesehari, dari dekat!
Ketika tidak banyak orang Kristen yang tekun dan setia serta disiplin membaca Alkitab, jangan anda pernah lupa bahwa banyak mata yang membaca hidup dan tingkah laku kita. Kitalah surat-surat atau “alkitab” yang terbuka bagi banyak orang. Saya setuju dengan kesaksian Paulus lainnya. ‘[T]etapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebalkinya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua (=sesama rasul lainnya); tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.’ (1 Korintus 15:10)*
Sebagai penutup simaklah implikasi dari kerinduan yang sangat menggelora di hatinya! Selagi dia sudah lanjut usia, walau dia sudah mengenal Tuhannya, tetapi Paulus masih memiliki kerinduan untuk semakin mengenal Tuhan Yesus. Dalam bahasa saya, Filipi 3:10-14 maknanya: Walau saya sudah mengenal siapa Yesus, tetapi saya tetap masih merindukan untuk setiap hari agar saya semakin mengenal Dia. Dan semakin saya mengenal Dia, saya membutuhkan kuasa kebangkitan-Nya karena saya tidak mungkin sanggup mengikuti jejak langkah-Nya. Dan hanya kalau saya semakin dekat mengiringi jejak-Nya, dan ketika saya dituntut untuk bertumbuh dalam pengenalan-Nya, saya diberi kepercayaan untuk ikut berbagi pula dengan penderitaan-Nya dalam mengasihi dan melayani sesama.
DOA: Ya Tuhan, ijinkan dan mampukan saya semakin mengenal Engkau lebih dekat dan lebih mendalam lagi. Karena hanya ketika saya boleh mengiring jejak langkah-Mu, saya dimampukan untuk mengasihi-Mu dengan cara mengasihi orang lain, sesama saya. Siapapun mereka. Tolonglah hamba-Mu ini. Amin. (CC).
*Yang tersirat adalah kasih karunia Allah yang menyertainya adalah kuasa dan kekuatan yang memampukannya menjadi
pelayan Perjanjain Baru, oleh Roh. Yang tidak mungkin menjadi dimungkinkan oleh kuasa Roh.
oleh: Charles Christano (Pdt emeritus GKMI Kudus)