Sejarah Perkantas Semarang
Perintisan Perkantas Semarang
Berdirinya Perkantas di kota Loenpia, Semarang adalah pekerjaan Tuhan sendiri. hal ini bermula dari keikutsertaan 4 mahasiswa Universitas Diponegoro dan IKIP Negeri Semarang yaitu Christoper MDE, Martinus Secapramana, Philipus Widianto, dan Johny Prabowo pada event Kamp Nasional Mahasiwa I Perkantas di Ciloto, Jawa Barat, 18-24 Februari 1974. Di tengah kamp mereka sempat bertemu secara khusus dengan Jimmy Kuswadi (perintis dan staff pertama Perkantas) yang memotivasi agar sepulang dari kamp mereka merintis pelayanan mahasiswa di Semarang.
Hal tersebut ditindaklanjuti dan pada 1 Maret mereka membagi gagasan ini kepada beberapa mahasiwa Kristen di Balai Mhawiawa Baptis (BMB). Dalam anugerahNya, persekutuan pertama dilakukan 7 Maret 1974 setelah sepanjang beberapa hari mereka mempersiapkan persekutuan perdana itu dengan pertemuan doa tiap-tiap hari sepulang kuliah, memohon agar Tuhan menggerakkan dan mengirimkan orang-orang baru. Dalam masa ini mereka didukung oleh Bp. Andi, staff BMB Semarang. Persekutuan perdana dilakukan di BMB dengan bentuk persekutuan doa dan dihadiri 6 orang yang semuanya pria. Dua minggu kemudian ditambahkan lagi 2 wanitta.
Pada 28 Maret seluruh kegiatan seluruhnya ditangani oleh mahasiswa dan pihak BMB bersedia meminjamkan tempat dan fasilitas lain untuk bersekutu setiap Kamis 12.30 WIB. Selanjutnya, selama 3 bulan waktu persekutuan menjadi setiap Senin sore (akhirnya ini berlangsung sampai tahun 2010, dan tahun 2006 semester II sempat berubah menjadi Sabtu).
Pelayanan ini tidak berhenti di Semarang, tahun 1975 mulai menjangkau kota Salatiga dan tahun berikutnya (1976) menjangkau kota Yogyakarta. Semua dimulai dari pelayanan mahasiswa.
Perkembangan selanjutnya – kiprah PMKS
Perintisan Pelayanan Perkantas di Semarang adalah melalui pelayanan mahasiswa di atas. Setelah berdiri, acara “besar” pertama adalah Perayaan Paskah 17 April 1974 di Traycana, dan kemudian disusul Natal di 17 Desember 1974 di BMB yang dilayani oleh Pdt. Eliezer Pesik (alm.). Pada tahun 1976 Semarang sudah dipercaya menjadi tuan rumah Kamp Nasional Mahasiswa (KNM). KNM diadakan di Sekolah Tinggi Teologia Baptis, Semarang (tahun 1992 dan 2006 menjadi tuan rumah KNM kembali).
Prioritas pelayanan lewat pembinaan kelompok kecil memunculkan kamp gabungan Jateng-DIY (Semarang, Salatiga, Yogyakarta kemudian menyusul Solo) untuk meningkatkan kualitas KTB yang berlangsung rutin mulai 1981 sampai 1985. Sinergi juga dilakukan dalam menyelenggarakan Kamp Kepemimpinan Regional, Kamp gabungan ini diadakan mengingat pada waktu itu pelayanan mahasiswa belum terkoordinasi dengan baik dan dirasakan kurang efektif. Adapun tujuannya adalah membekali para pengurus PMK kampus dalam mengelola persekutuan di kampusnya masing-masing. Kamp ini menjadi bagian pembaharuan pelayanan di kampus-kampus. Setelah Kamp Kepemimpinan Regional ini, Semarang dan Salatiga sejak tahun 1995 mengadakan Kamp Pembekalam Pengurus-Pengurus Kampus ( Mini Kamp ). Sampai saat ini Mini Kamp masih diadakan rutin setiap tahun namun hanya diikuti oleh pengurus PMK kampus dari kota Semarang saja.
Sekitar tahun 1986 pemetaan kota Semarang memunculkan daerah konsentrasi pendidikan tinggi di daerah Bendan Ngisor dan Bendhan Dhuwur. Dan pelayanan perintisan PMK pun dilakukan dengan mulai menjangkau mahasiswa kost. Berdirilah PMK dengan nama Persekutuan Doa Antar Kost (PDAK) Bendan yang diikuti mahasiswa-mahasiswa dari kampus-kampus seperti Akubank, IKIP Veteran, AKFARMING, AKPARI, AKOP, AKPER, dan AKA. PDAK berafisilisasi dengan Perkantas dan dikelola oleh 4 orang yaitu Etika Hallawa, Winarta, Mulyono, dan Jun Santoso. Persekutuan ini juga mengadakan beberapa kali acara gabungan dengan PMKS yang saat itu bermarkas di Jl. Batan Selatan 24 Semarang.
Orang-orang yang hadir dalam PD Antar Kost inipun kemudian merintis PMK-PMK di kampusnya dan berdirilah PMK-PMK di kampus-kampus tersebut. Persekutuan berkembang sehingga dialihkan ke rumah salah satu anggota jemaat gereja. Regenerasi yang tidak berjalan dengan baik mengakibatkan PD Antar Kost ini bubar pertengahan era 90-an.
Selain hal di atas pergumulan yang menonjol adalah berkaitan dengan penciptaan jaringan kerjasama antar PMK serta membangun kembali hubungan dengan beberapa PMK yang dala perjalanan sempat “terlepas” karena jarak tempuh yang makin jauh ataupun karena hilangnya orang-orang kontak yang tidak menyiapkan pengganti, selain juga karena keterbatasan sumber daya manusia (pengurus) PMKS sendiri.
Pada tahun 1994 muncul TPPM (Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa) yang bekerja secara aktif menjadi partner staff sampai tahun 1999. Karena beberapa anggota bekerja di luar kota dan juga tidak menemukan orang baru maka sempat sampai dengan awal 2001 fungsi TPPM tidak terkerjakan. Dan pada Februari 2001 kembali ada beberapa mahasiswa dimotori Yunianto kembali membangun keberadaan TPPM mengingat pelayanan mahasiswa membutuhkan konsep-konsep pengembangan PMK kota dan kondisi lapangan yang menurun membutuhkan sumbangan pemikiran dan dukungan. Kehadiran TPPM hanya sampai tahun 2005 karena setelah itu tidak terjadi regenerasi yang baik.
Pada tahun 2008 pelayanan mahasiswa di Semarang telah menjangkau 15 PMK (UNDIP : FS, FISIP, FE, FH, FK, FT, FMIPA, FKM, FPsi, Fapet ; AKABA 17, STIFAR, EC UNIKA, UNNES, POLINES) walaupun belum semua memiliki relasi yang kuat dengan PMKS. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2008 hingga 2010 regenerasi yang terjadi tidak cukup baik, sehingga kondisi PMKS pun menurun. Pada tahun 2010 regenerasi kembali dibangun dan relasi dengan PMK kampus ditingkatkan. Usaha memperkenalkan kembali peranan PMKS di PMK kampus juga diintensifkan. Kini PMKS melayani di beberapa fakultas Undip: FK, FKM, FH, FSM, FT, FEB, FISIP, Fpsi, FPP, FPIK; dan USM, baik berbentuk relasi dengan pengurus PMK kampus maupun memiliki adik KTB di sana.