Temu Alumni Pelayanan Perkantas Semarang di Jakarta
Mengapa Tuhan membuat mujizat terbelahnya sungai Yordan? Apa dampak mujizat tersebut bagi Yosua, bagi bangsa Israel, maupun bagi bangsa-bangsa lain? Jika bangsa Israel memiliki 12 batu yang diambil dari sungai Yordan sebagai pengingat mengenai perbuatan ajaib Tuhan dalam perjalanan iman mereka, “batu-batu pengingat” apakah yang kita miliki dalam perjalanan kehidupan kita? Kenapa ya, cara sunat dipakai Tuhan untuk mengikat perjanjian dengan bangsa Israel?
Itulah sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam Persekutuan dan Temu Alumni Pelayanan Perkantas Semarang di Jakarta yang diadakan pada hari Minggu, 11 Oktober 2015. Persekutuan yang dilangsungkan di kediaman Yenny Budiarti (TPS angkatan 2004) ini sekaligus menjadi pertemuan yang terakhir di tahun 2015 ini. Temu alumni diadakan tiap Minggu kedua di bulan genap. Tahun depan, temu alumni akan diadakan lagi di bulan Februari 2016.
Yang hadir pada temu alumni bulan Oktober ini, yaitu Indry, keluarga Ayus dan Marika beserta Ayka, keluarga Dominggus dan Pipit, keluarga Isa dan Yudha, Khrisna, Yudit Lam, dan tentu saja keluarga tuan rumah, Ary dan Yenny beserta putri mereka, Riani. Setelah menikmati sajian istimewa dari tuan dan nyonya rumah, persekutuan pun dimulai dengan pujian “Saat Kami Berkumpul”. Kemudian, pendalaman Alkitab dari kitab Yosua pasal 3-5:9 dimulai dengan membaca secara bergiliran dan mengupas ayat-ayat yang telah dibaca. Dalam kisah ini, bangsa Israel kembali menerima peneguhan dari Allah, bahwa Dia akan terus menyertai mereka melalui kepemimpinan Yosua bin Nun, hamba Musa. Mujizat terbelahnya sungai Yordan menjadi sebuah pertanda dari Allah, bahwa sebagaimana Allah menyertai bangsa Israel keluar dari Mesir dengan menyeberangi laut Teberau, demikian pula Allah akan juga menyertai “generasi baru” Israel untuk memasuki Tanah Perjanjian dengan menyeberangi sungai Yordan, keduanya di tanah yang kering.
Dalam PA tersebut, masing-masing kemudian membagikan “batu-batu pengingat” dalam perjalanan imannya bersama Allah. Sebuah fakta menarik tentang sunat dibagikan oleh Dominggus yang adalah seorang dokter spesialis anak. Fakta bahwa anak-anak Israel diwajibkan untuk disunat pada hari kedelapan ternyata sejalan dengan fakta bahwa hari kedelapan merupakan hari dimana darah bayi (mulai) bisa membeku. Tentu saja, sekarang orang Kristen tidak wajib sunat karena telah berada di bawah hukum Kristus, bukan lagi di bawah hukum Taurat.
Sekitar pukul lima sore, temu alumni pun diakhiri. Sebelum berpamitan dengan tuan dan nyonya rumah, tak lupa semua berfoto bersama. Sampai jumpa di temu alumni berikutnya. Tuhan memberkati.